Kebaikan itu selalu INDAH

Kebaikan itu selalu INDAH
Teladan, tempatku kini dan apa yang kan kuperbuat nanti.. Walau menurutku apa yang kan terjadi itu semua masih misteri tapi tak kan pernah menyurutkan semangatku untuk berusaha yang sebaik mungkin.. Dan Atas ijinNYA, aku yakin bahwa Alloh memiliki rencana yang jauh lebih INDAH daripada apa yang aku, makhlukNYA rencanakan.. Bismillah, Dengan menyebut nama ALLOH, kulangkahkan kaki ini, agar aku tak kan hanya berdiam diri :)

Senin, 31 Oktober 2011

Mereka Memang Perhatian


Berpikir tentang hubungan keluarga ini. Mungkin kita yang sedang masa-masa nya berontak karna sudah punya prinsip masing2 bakal menyalahkan kedua orangtua kita, atau bahkan tak terima atas sikap mereka kepada kita. Terkadang kita berpikir, "ah, Mereka tidak mau mengerti aku". Ketika ayah berbicara keras karna kita ketahuan berkelahi atau suara ibu yang tak pernah berhenti mengingatkan kita ketika kita bangun kesiangan. "Ah mereka tidak mau mengerti aku". Ketika ayah mengadakan forum keluarga dan kita sebagai objek nya atau ketika itu ibu menyuruh kita untuk membeli beberapa bumbu dapur. "ah, mereka tidak mau mengerti". Sekarang, berimajinasilah kita, coba masuk ke dalam dunia masa kecil kita, saat mulut masih belum bisa berucap, saat banyak orang terlihat begitu asing bagi kita, saat rambut belum menumbuhi tubuh kita itu. Tidak tidak ! Jauh sebelum itu, saat kita tengah berbentuk ruh dan dipersiapkan oleh Alloh dalam jasad nya. Tidak tidak, ternyata masih jauh sebelum itu, saat kedua orangtua kita masih memimpikan punya anak seperti kita. Ya bayangkan begitu jauh nya. Bayangkan saat itu kedua orang tua kita tengah duduk di bangku sekolah ataupun pelajaran, mereka menuliskan dalam angan mereka "Aku harus rajin belajar, aku harus mampu meraih kesuksesan melalui belajar, agar nanti bisa memiliki kehidupan yang layak, untuk keluarga ku dan terutama masa depan anak-anak ku." satu poin kesalahan kita, mereka sudah mempersapkan untuk kita. Sekarang saat mereka mendapatkan pekerjaan, "Aku harus mendapatkan penghasilan yang layak, agar bisa menabung untuk kehidupan ku dengan isteri ku dan anak-anak ku nanti" dua poin kesalahan kita, ada harapan dia untuk kita. Hingga akhirnya ia menempuh hidup baru dengan pasangan nya, ayah kita berkata, "aku akan berhenti merokok, agar anak-anak ku nanti terhindar dari resiko penyakit kartna aku merokok", dan ibu kita berkata "aku akan berhenti bermain-main bersama teman-temanku, aku akan lebih banyak belajar memasak dan mengurus rumah tangga agar nanti anak ku mampu tumbuh dan berkembang melalui makanan yang kubuat" tiga bahkan empat poin kesalahan kita, mereka rela meninggalkan kebiasaan mereka yang teramat berat pasti nya mereka tinggalkan, hanya untuk kebaikan kita. Dan hingga akhirnya kita dikandung, betapa mereka berdua sangat menderita karna kita tapi sahabat, bandingkan betapa lebih banyak nya senyum dalam sakit yang ibu kita berikan dan lebih banyak kebahagiaan yang di sela keringat bapak kita, mereka berdua sama-sama memiliki pikiran "UNTUK ANAK KITA". nah sudah berapa ratus bahkan ribu jika kita ingin menjabarkan betapa orang tua kita jauh lebih perhatian dari pada yang kita kira. sudah saatnya, kita sebagai anak lebih memahami mereka, atau lebih kasar nya, maaf, sudah saatnya kita TIDAK MENJADIKAN DIRI KITA RAJA dan MENJADIKAN DIRI MEREKA BUDAK KITA, sudah saat nya kita memberi bukan lagi diberi. Komunikasikan pada mereka, karna satu rahasia yang mereka simpan dari kita, MEREKA BEGITU MENYAYANGI KITA DALAM SETIAP HAL YANG MEREKA LAKUKAN PADA KITA!
Perhatian lha dengan keluarga, because we are FAMILY
"Father And Mother I Love You"
:)

Segala puji bagi Alloh
Untuk setiap detil kehidupan
Untuk Kedua orangtua ku
Untuk engkau sayangku
dan Untuk mu sahabat-sahabat ku
:)
Powerfromyourself.blogspot.com

Jumat, 28 Oktober 2011

Kelinci Tinggi Hati

Sebenarnya bingung banget ni mau nulis apa.
Tapi kegalauan ini udah meluap-luap rasanya.
Meski kepala rasa nya berat sekali (maklum badan sedang tidak fit), tapi ingin sekali menuliskan kata demi kata di sini.
Kawan.
Entah, bagaimana rasa bahagia, senang, bangga, atau apapun itulah tentang kalian.
Serasa ingin memukul diri ku sendiri.
Karna standar yang begitu tinggi.
Aku akan menceritakan semua nya dari awal hingga saat ini
Melalui tokoh dan imajinasinya

"Berpendarlah cahaya tanpa melalui celah
Cahaya terbuka hingga silau mata
Sejenak berpikir mengapa ia kini gelap
Lantas tangan dan kaki ingin bergerak
Yang penting raga tak hanya diam"
"Aku melihat, kanan dan kiri
Begitu menyesakkan hati
Begitu tak elok lagi tuk dimengerti
Begitu tergugah tuk diperbaiki
mulailah kisah kelinci
Si Tinggi Hati"
"Banyak hal yang ia lakukan
Banyak hal yang ia pikirkan
Banyak hal yang ia canangkan
Ia siap mengorbankan banyak hal
Agar asa tak hanya impian"
"Tetapi, bukan hidup namanya jika ia datang tanpa cobaan
Memang
Banyak hal yang ia lakukan
tapi banyak pula dari yang ia lakukan itu GAGAL
Banyak hal yang ia pikirkan
tapi banyak pula dari yang ia pikirkan itu BASI dalam wacana
Banyak hal yang ia canangkan
tapi banyak pula dari yang ia canangkan itu MATI tak berasa
Ia sudah siap tuk berkorban
ya, hingga akhirnya mengorbankan banyak hal itu
Dalam kegagalan yang justru basi dan mati"
"Kelinci tinggi hati
Ia melihat kanan kiri
Tak sesuai dengan pikir dan hati
Lantas menyalahkan sana sini
Dan berkubang dalam lumpur berduri
Pekat lagi menyayat tak sekedar perih
Nasib kelinci Tinggi hati"
"Kelinci sekarang banyak diam nya
Kelinci sekarang tak pandai melompat
Ia murung hingg tak sanggup melihat ke depan
Hanya melihat ke bawah
Seakan-akan impian nya terkubur di sana
Di lumpur pekat penuh nanah itu
Kasihan ya Kelinci Tinggi Hati itu saudara?"
"Hingga datang kelinci yang lain
Mereka bebas berkeliaran tanpa beban
Melompat ke sana ke mari dengan riang
Dalam hati Kelinci Tinggi Hati
Enak bener mereka, lha aku?
Tanpa menyadari kelinci
Tentang kata-kata ajaib itu"
"Lama melamun dan melihat kelinci yang lain
Ia menyadari bahwa mereka pun sudah cukup tinggi
Mereka tak serendah dan bukannya tak enak dipandang
Hanya serasa ia lah yang terlalu tinggi dalam melompat
Hingga yang lainnya serasa rendah
Lantas muncul sebuah pertanyaan besar
Apakah aku yang tak enak dipandang?"
"Kelinci kecil masihkah ia tinggi hati?
Masihkah ia memandang tinggi asa nya?
Masihkah ia?"
"Kelinci kelinci kelinci
Tinggi Hati dalam skala manusiawi
Yang telah diciptakan Illahi
Lewat ilmu yang MAHA TINGGI
yang manusia hanya mampu mengerti
SECUIL"
"Kelinci kelinci
Taukah engkau cara terburuk dalam menyianyiakan waktu
Mau kah kau tahu
Jawabnya adalah
Bekerja bersungguh-sungguh
Dalam melakukan hal yang sia-sia
Hingga pekerjaan yang bermanfaat
terabaikan
Karna apa wahai kelinci ku sayang?"
"Jawab jawab
Tak perlu ditanya
Tak perlu dijawab
Lompatang mu sudah menjawab
Mewakili ribuan kata
Untuk ketinggian hati mu kelinci
Tersayang"

PuSER (PUiSi cERita)
Luthfi Alfikri K
untuk kenikmatan yang telah banyak Alloh berikan
untuk hari-hari ku yang luar biasa
untuk my beloved Family
untuk kamu sayang
untuk kamu semua sahabat
:)

Jumat, 21 Oktober 2011

Post ke 100 yang Aneh

Aku merasa aneh. Bukan karna apa-apa sih, tapi karna mereka itu. Aku seorang karyawan di suatu perusahaan. Entah ada kejadian apa, memang sih hari itu adalah hari di mana aku kecelakaan lebih dari 7 hari opname di rumah sakit. Saya tabrakan ketika mengendarai mobilku menuju tempat yang aku lupa menuju kemana nya.
Kisah itu bermula sejak hari pertama pasca tabrakan itu, aku berangkat menuju kantor ku. Aku biasa naik sepeda agar bisa ikutan juga dalam menjaga lingkungan pikirku.
Sesampai di kantor aku memarkirkan sepeda ku di tempat parkir yang bertuliskan kendaraan Direktur, pertama Darimin yang aku kenal sebagai satpam itu aku sapa, tetapi ia terlihat heran, entahlah mungkin karna ia kaget saya sudah masuk ke kantor, bagaimana tidak saya harus datang untuk melihat keadaan kantorku ini. Saya masuk ke dalam kantor lewat rute ku yang biasa, mungkin aku termasuk kepala kantor yang aneh karna masuk lewat jalur belakang, "Apakah karna aku biasa menyapa karyawan ku dulu ya?", pikirku dalam hati.
Aku pun menyapa para karyawan ku dan bergegas menuju ke kantor ku di lantai 3, maklum ini cuman kantor cabang jadi ya hanya lantai dengan 3 gedung saja. Aku naik ke atas, dan melihat pada jam arloji ku yang sudah menunjukkan pukul 08.00 tepat. Siip, aku telah menjadi contoh yang baik untuk karyawanku, "Tanpa harus banyak berbicara, lakukan dengan tindakan," ucapku dalam hati penuh kebanggaan. "Rasa nya aku sering mendengar hal itu," aku berpikir heran tapi sejurus kemudian pintu ruanganku saya buka. Saya duduk di kursi itu, dan merapikan sebentar, entah kenapa sangat terampil saya dalam merapikan tempat ini, Ya iyalah ini kan ruangan saya. aku pun tertawa sendiri. yang jadi pertanyaan saya kenapa kantor sepi sekali nya, saya mengecek tanggalan dan baru tersadar bahwa sekarang hari sabtu, hari saatnya karyawan libur sehingga yang masuk hanyalah petugas cleaning service dan satpam. O alah pantas saja mereka terlihat bingung ketika saya masuk. Saya tertawa lagi, tapi tak apalah, siapa tahu aja ada beberapa tugas yang bisa saya kerjakan karna saya tinggalkan lebih dari satu minggu. Ketika aku kembali ke meja ruanganku, aku mengecek tugas-tugas ku tetapi tidak ada berkas-berkas tugas, "Apakah karyawan ku yang mengerjakan tugas ku selama ini ? Baik juga mereka, tetapi bukankah hal ini tidak boleh dikerjakan selain oleh ku ?" wah semakin pusing aku di sini, menganggur dan akhirnya memilih menonton TV saja lah.
Tak Terasa waktu telah menunjukkan pukul 11.45, tanda waktu sholat dhuhur telah tiba, saya pun segera sholat. Seusai Sholat, Saya langsung saja menuju tempat makan yang saya ingat, warung makan yang biasa disebut Burjo di depan kantor. Wow, apakah aku sering makan dengan karyawan ku di sini ya ?, pikirku lagi. karna lapar aku pun segera melahap saja makanan di situ.
Seusai makan aku pun kembali ke kantor ku, meski tetap berpikir tentang orang-orang di dalam warung makan itu, "Apakah aku memang seakrab itu dengan mereka ? Sangat rendah hati lah aku ? Bukankah biasa nya orang atas itu memandang lemah mereka yang rendah dan mengeklusifkan diri ? Berarti aku tidak, mungkin aku sudah memahami hakikat hidup kalau Alloh itu memandang bukan dari jabatan dan harta, tetapi keimanan," batinku sembari mengingat perkataan seseorang yang akhirnya menjadi motivasi hidup ku itu, sambil tersenyum bangga dengan pemikiran itu meski hanya lulusan sekolah menengah pertama. Ups, kok bisa jadi kepala kantor ya ? Ah, kagak usah dipikir deh.
Aku kembali lagi ke ruanganku. Aku kembali ke aktifitas yang membosankan ini, nonton TV. "O iya, bukannya biasa nya di meja kepala kantor ki mesti ada air teh ya ? Apakah mereka lupa ?" Pikirku. Lalu sejurus kemudian saya ambil telepon kantor dan saya hubungi nomor bagian dapur. Halo ini dengan Bapak Haryati? tanyaku. "Maaf pak, bapak Haryati sedang cuti sakit, ini dengan Wahid. Maaf,saya sedang berbicara dengan siapa ya? Kenapa pakai nomor kantor kepala? Apakah ini bapak kepala? tanya orang yang saya hubungi itu. "Iya mas, tolong bawakan aku secangkir teh ya mas, terimakasih" langsung kemudian saya tutup telpon itu.
30 menit telah berlalu, Akhirnya minuman pesanan ku pun datang juga, "Kenapa lama sekali ya ?" Pikirku. Begitu aku melihat pegawai itu, entah kenapa ia terkaget-kaget, sebelum ia mulai bicara aku sudah menyiapkan sejurus kata-kata untuknya untuk tindakan indisipliner yang dia lakukan.
"Kamu ini pegawai macam apa? Apakah kamu menunda-nunda pekerjaan? Tahukah kamu bahwa salah satu orang terkejam adalah pemalas? Nggak percaya? Lihat, ada orangtua yang malas mendidik anaknya maka dengan kejam ia membiarkan anaknya hingga tak jarang terjerumus ke dalam jurang maksiat, masih belum cukup, lihat, banyak orang-orang yang katanya sukses tapi dia itu malas akhirnya, ia menganggap bekerja itu hal yang jauh lebih utama hingga ia melalaikan ibadah dan dia KEJAM! Kejam kepada diri nya hingga ia memasukkan sendiri diri nya ke dalam api yang menyala-nyala, layaknya Qorun yang sesungguhnya ia membinasakan diri nya sendiri ke dalam bumi, apabila ia tidak malas dan tamak niscaya Alloh tidak akan mengadzab nya demikian, Paham tidak? Saya tidak marah tapi anda adalah tanggungjawab saya sebagai pemimpin anda, apa yang bisa saya katakan nanti jika saya dimintai pertanggungjawaban oleh Alloh apabila bekerja di kantor ini justru membuat anda jauh dari Alloh dan apa yang ia minta kita lakukan serta apa yang harus kita tinggalkan. Mengerti kan? Ucapku penuh dengan semangat, karyawan itu hanya bisa menatap ke bawah lalu ia minta undur diri. Tetapi tetap satu hal yang aku tak suka dari raut wajahnya, ia terlihat kebingungan.
Sudahlah tak papa, melakukan kesalahan itu hal yang biasa, meski belajar dari kesalahn itu adalah hal yang luar biasa, apalagi mengubah kesalahan itu menjadi batu loncatan. Mikir apa sih aku ini. haha
Huaaaah, benar-benar malas nih hari ini, berangkat ke kantor seperti tidak ada rasa. Sudahlah saya memutuskan pulang saja ke rumah. Kantor juga udah benar-benar terlihat sangat sepi kok. Sebelum pergi dari ruangan saya tidak lupa membawa Note yang tadi ada di atas meja ku itu, setelah itu saya turun ke bawah dan segera saja menuju ke parkiran. Di sana saya dapati sepeda saya tidak berada di tempat yang tadi. Setelah sebentar mencari ternyata sepeda saya telah dipindahkan ke tempat karyawan biasa. "Ada apa gerangan ini? O iya ding, kalo di sini kan nggak panas soalnya ada atap nya. Ya udah deh langsung pulang aja," Pikirku dalam hati. Next activity: Pulang, mandi, dan dilanjutkan istirahat.
Keesokan pagi nya (bersambung)


Kamis, 20 Oktober 2011

Semangat (tak hanya) Mimpi !


Aku punya Mimpi !
Mimpi ku bukan hal yang kecil.
Mimpi ku itu adalah idealisme ku yang terpampang dalam aplikasi kehidupanku.
Aku bermimpi setelah menulis ini aku akan semangat meraih cita-citaku itu.
Aku bermimpi setelah ini aku kan tidur, dengan sebelumnya wudhu dan berdoa.
"Ya Alloh, bangunkanlah hamba Mu ini kembali, dengan keadaan sehat dan menjalani hari dengan lebih baik sebagaimana Engkau berfirman bahwa sungguh merugi bahkan celaka apabila hari esok tidak lah menjadi lebih baik dari hari ini"
Aku bermimpi dapat bangun di sepertiga malam terakhir, dengan mata lembab dan tubuh bersimpuh kepada Sang Kholiq.
Di mimpi itu aku melihat, seorang hamba yang mengharap akan banyak hal, karna memang realita tak akan selamanya sesuai dengan idealisme, bahkan bertolak belakang.
Lantas  berdoa "Ya Alloh, berilah yang terbaik bagi hamaba Mu ini"
Aku bermimpi melakukan banyak hal yang bermanfaat bagi diri ku, kedua orang tua ku, dan seluruh orang yang berada di skitar ku. Aku tidak ingin mengecewakan mereka, apalagi sampai jatuh ke lubang "kekecewaan" yang sama.
Huuuft, setiap aku bermimpi pasti ada rintangannya.
Setiap aku bermimpi pasti tak akan berjalan mulus.
Untuk itu mari berkomitmen, agar tak hanya asal mimpi.
Karna panjang angan bukan lah hal yang baik untuk manusia.
Komitmen agar semua berjalan sesuai yang diinginkan.
Komitmen agar diri tak menjadi SOMBONG karna merasa benar sendiri.
Menghargai diri sendiri dan orang lain, serta tidak menjadi manusia yang pengecut dalam bertindak, adalah suatu komitmen juga yang harus aku pegang.
Komitmen yang mengundang konsekuensi.
Konsekuensi yang mengundang keseriusan dalam hati, tidak hanya sekedar bualan kosong.
Tidak hanya sekedar secarik kertas tak berbekas.
Yang dapat terbakar tanpa ada rasa yang tersisa.
Aku bukan bualan kosong, pengecut apalagi hanya sekedar banyak cakap.
Aku tak harap mental ku sekuat baja, namun mental yang lembut meski tak kan hancur.
Bukan mental baja sombong yang tak mau tahu.
Biarkan datang jalan akan mimpi dengan komitmen dan cambuk diri.
Alloh tidak selalu memberi apa yang kita inginkan.
Tapi IA memberi apa yang kita butuhkan.
Apa yang terbaik untuk kita.

Jumat, 07 Oktober 2011

26 Mei 2006 itu


             Melihat judul di atas mungkin teman-teman mengira saya akan posting mengenai gempa bumi dahsyat itu.. Melihat judul di atas mungkin teman-teman membayangkan kisah pilu di mana semua orang berhamburan layaknya seekor semu yang kita ganggu kompani nya

Tapi sobat, maaf..
Kisah kali ini tak ada sangkut pautnya dari itu.. Tetapi mungkin kejadiaan saat itu..
Menurutku, LUAR BIASA bagiku.. Mengenai makna perubahan..Dan nikmat karna nya..
Masih teringat jelas akan hari sebelum tanggal itu..
Malam hari..
Tak ada yang istimewa akan hal itu.. Kecuali ketika waktu telah beranjak malam..
Ketika bintang tlah bertebaran di langit nan luas.. Dan matahari tengah sibuk memancarkan sinarnya di belahan bumi lainnya..Terdengar sayup-sayup suara..Dan samar-samar bayangan orang dalam rumah.
Ya di dalam rumahku tengah diadakan tausyiah rutin yang biasanya diisi dengan tausyiah-tausyiah dari bapak.. Di sana saling transfer ilmu dan cerita akan banyak hal. Bercerita tentang berbagai banyak pengalaman hidup yang sudah atau sedang kami alami. Tetapi memang dasar kami yang kurang terbuka dengan kedua orangtua, tausyiah ini banyak didominasi dengan tausyiah-tausyiah dari bapak ku. Bapak yang begitu so sweet karma ia menunjukkan kelembutannya melalui otot nya yang kuat memapahku, menunjukkan senyum lembutnya dengan muka tegasnya ketika aku berbuat salah, dan menyampaikan tiap belaian lembut melalui tutur katanya.
Beliau menyampaikan kepada kami tentang kunci sukses, tentang baimana membuka dunia yang padat ini, ia berikan kami bentuk dan bagaimana cara mendapatkan kunci itu, karma kunci itu tidak dibuat, kunci itu sudah ada di balik keringat-keringat kita saat berusaha keras, dibalik tiap impian kita, dan bapak menyampaikan itu semua dengan penuh kesabaran meski anak nya tak jarang acuh terhadap ucapan demi ucapannya. Termasuk aku.
Sampailah pada akhir dari tausyiah ini (karma aku melihat jam dan sudah 1 jam berlalu) dan ditutup dengan mengingatkan untuk membiasakan bermunajat atau berdoa pada Alloh terutama malam hari. Kami pun mengiyakan dengan nada seadanya. Setelah itu ditutup dengan doa kafaratul majlis dan selesailah acara tausyiah. Namun, entah ada apa, sesuatu menelisik di dalam jiwa ku, tanpa ku sadari, ia tengah menjadi awal dalam kebiasaan baru ku. Terasa ada sepercik keinginan tuk melakukan sesuatu..

02.37, 26 Maret 2006
Masih ku ingat waktu itu.. Ketika ku mampu terbangun di kala biasa ingin ku memuaskan lelapku.. Tetapi sungguh, hari itu semangat itu terasa mengalir di tiap jiwaku..Ku mantapkan kaki menuju kamar mandi itu setelah ku layangkan doa atas terbangunnya aku dari tidurku..
”Wah, mandi jam segini ternyata segar juga ya,” kataku dalam hati
Seakan mandi dengan mengangkat segala penatku dan membukakan mataku akan bayang-bayang mimpi semu..Itu bukanlah yang ternikmat ternyata, tetapi ada yang lebih menyenangkan dan ini puncak dari momentku saat itu..
Ya aku melakukan perintahNYA yang mungkin saat itu belum pernah aku lakukan dengan penuh kesadaran.. Aku menghadapkan wajahku ke arah kiblat dan aku dirikan tiang-tiang dari agama ku.. Aku tunduk merendahkan diri karna aku yakin tanpa aku merendahkan diri sekalipun aku tetaplah makhluk yang jauh lebih rendah dari NYA. Aku berdoa padaNYA, meminta dengan penuh harap, memohon ampun atas segala dosa yang pernah aku perbuat, karna aku punya little secrets yang itu merupakan dosa terberat dalam hidupku saat itu.
Dalam doa itu pun terbayang, wajah orangtuaku, orang tua yang tidak lagi muda, bahkan ia tua. Yang tak pernah henti-henti nya mengajarkan kehidupan padaku. Di sana terlihat wajah ku ketika tidur, padahal ia tengah mencoba tuk membuatku mampu belajar dari pengalaman demi pengalamannya. Betapa tak menghargainya diriku, aku tak kuat, aku tak kuat menahannya hanya di hati, aku mengucapkannya, semua melalui lisan.
“Ya Alloh, hamba lemah ya Alloh, maka kuatkanlah hamba, Bagaimana mampu orangtua melihat anaknya menderita, bagaimana mampu mereka melihat anaknya merasakan beban yang berat, tapi lihat hamba Ya Alloh, seorang anak yang tetap tenang melihat ayah nya pulang penuh peluh, ketika ayahnya datang aku bertanya papa bawa apa? Ketika ia menjawab tidak membawa apa-apa aku seenaknya menyalahkan orangtuaku itu, tak terbesit ya Alloh pertanyaan ‘Bagaimana yah, apek nggak? Mau saya buatkan apa? Kenapa hamba tidak menanyakan hal itu?’ ya Aloh, inilah hamba Ya Alloh, hamba yang tahu Engkaulah penerima segala taubat hambanya, dan ijinkan aku untuk berkata pada diri ku sendiri bahwa akan datang pagi ini anak yang baru, yang berbakti pada kedua orangtuanya”, doa ku dengan tangis yang membanjiri pipi.
Tak terasa subuh telah mendekat dan ketika tlah kuputuskan tuk beranjak dari musholla kecil rumahku itu. Aku dikagetkan oleh sesosok yang taka sing lagi. Bapakku telah menantiku sembari melayangkan senyum terindahnya..
Dan tanpa kusadari aku telah berada dalam dekapan pelukannya..
Hangat dan tak terlupakan..
Ingin rasanya aku terus dalam dekapan ini..
Ya mungkin dekapan yang membuatku berusaha istiqomah hingga saat ini :)
Ya, inilah moment di mana aku solat Tahajud pertama dalam hidupku dengan penuh kesadaran..
Setelah itu terjadilah peristiwa yang membuat kotaku ini masuk Koran, yaitu gempa bumi 2006 dan Alhamdulillah, Alloh masih memberi ijin kepada kami sekeluarga untuk tetap hidup, mencari dan menemukan hikmah—hikmah yang lain yang belum sempat kami raih jika IA memanggil kami waktu itu.
Memang mungkin hanya cerita sederhana sih..
Sepenggal kisah terselip dalam gempa jogja yang dahsyat itu..
Tapi aku selalu yakin bahwa tiap moment yang IA berikan pada Ku pasti kan berujung indah
:)