Kebaikan itu selalu INDAH

Kebaikan itu selalu INDAH
Teladan, tempatku kini dan apa yang kan kuperbuat nanti.. Walau menurutku apa yang kan terjadi itu semua masih misteri tapi tak kan pernah menyurutkan semangatku untuk berusaha yang sebaik mungkin.. Dan Atas ijinNYA, aku yakin bahwa Alloh memiliki rencana yang jauh lebih INDAH daripada apa yang aku, makhlukNYA rencanakan.. Bismillah, Dengan menyebut nama ALLOH, kulangkahkan kaki ini, agar aku tak kan hanya berdiam diri :)

Minggu, 30 Mei 2010

Pacaran = Mencuri ?!

PACARAN = MENCURI ?
Dunia Kan membutuhkan lebih banyak pendingin saat ini. Mungkin itulah kata yang tepat tuk menerangkan tentang dunia saat ini. Dimana-mana ada aja sesuatu yang membuat dunia kami merasa panas. Bukan karna banyaknya yang main api, bukan karna ada yang merokok, ataupun bukan karna isu globar warming. Ini semua tidak terlepas dengan masa kami, masa muda, penuh karya, penuh kejutan dan penuh dengan keingintahuan. Masa-masa dimana kami sedang mencari jatidiri dan ingin mencoba banyak hal. Ya ini semua tak lepas dari banyaknya teman-teman dari kelasku yang tercinta ini, yang masing-masing ingin mengenal lawan jenisnya lebih jauh. “ya kan aku kayak gini  tu supaya bisa taulah dia tu kayak gimana, jadinya untuk ke depannya kami sudah akan saling mengenal dalam diri pasangan-pasangan kami,” tutur salah satu teman saya yang dia emang sedang menjadi pemanas dalam dunia ini.
                Masih bingung? Ya udah deh, aku kasih tau. Yang aku maksud di sana adalah bahwa banyaknya teman-teman saya yang mengkhususkan hubungan mereka dengan lawan jenis mereka atu mungkin yang biasa mereka sebut PACARAN. Lantas, mengapa bisa panas? Mungkin pernyataan saya di atas tidak perlu terucap apabila antar kami para penghuni Dunia hanya sekedar mengkhususkan atau ingin mengenal teman kami lebih dekat. Tapi yang membuat saya mengucap dmikian karna adanya hubungan atau perilaku yang menurut norma ada yang tidak sesuai dan bisa dikatakan menyimpang. “Kenapa? Sok ikut campur aja lu? Urusan, urusan gua?!” kilah salah seorang ketika mereka tengah ditegur karna disinyalir melakukan penyimpangan ini. “Saya tidak akan pernah menganggu ketika kalian ingin berbuat seperti itu, tapi jangan lupa, ketika kalian melakukan hak kalian, ada hak-hak orang lain yang berada disekeliling kita. Kita hidup bukan hanya seperti katak di dalam tempurungnya, yang memang dia hanya hidup sendiri, tapi kita hidup dengan berdampingan dengan orang lain!” jawabku. “Lho emangnya saya mengganggu hak-hak kalian? Bukannya aku hanya sekedar melakukan hal yang masih wajar-wajar aja ?!” jawab salah satu teman saya itu dengan nada yng semakin meninggi. “Apakah menurutmu berduaan di tempat yang tak ada orangnya, di dalam suatu ruangan, kalian berdekatan hingga tak ada jarak dan kalian saling memegang anggota tubuh salah satu dari kalian itu masih bisa disebut baik?!” jawabku dengan maksud mencairkan suasana saat ini. “Lalu apa yang harus aku lakukan? Ketika aku tengah berdua dengan dia, nafsu memainkanku sesuak hatinya sendiri? Apa yang harus aku lakukan?” tanyanya dengan sangat bingung dan frustasi.
                Nah kawan dan sahabat ku. Kisah di atas hanyalah sepenggal dari kisah kawan, sahabat, tetangga, saudara atau bahkan kita. Ketika kita diawal sudah membuat komitmen kuat, bahwa ini semua hanya untuk mengenal satu sama lain, ketika komitmen kita bahwa apa yang kita lakukan ini tuk hal-hal yang bernilai positif, tapi apa daya kita. Komitmen yang coba kita bangun berdua itu kandas. Apakah jangan-jangan bukan berdua kita membangun komitmen itu? Tapi kita bertiga bersama musuh abadi manusia, yang senantiasa menjerumuskan kita ke jalan yang sesat, ya syaithan yang terkutuk juga ikut bersama kita membangun komitmen itu. Komitmen yang meniatkan sarat akan kebikan, tapi dalam komitmen itu, landasan kita telah dilemahkan oleh syaithan, langkah kita telah dituntun olehnya, dan pikiran kitapun telah teracuni olehnya. Terpikir olehku sebuah kisah yang aku dengar dari guruku hingga dia mengeluarkan kata-kata yang masih teringat dalam benakku saat ini. “Apakah bisa kita mencuci baju, dengan air yang penuh dengan kotoran bau? Niat kita bagus, yaitu ingin membersihkan, tapi apakah bisa?” tanya ustad itu kepaga kami para muridnya. Pertanyaan sederhana namun bermakna itu membuka pikiranku. Niat, adalah fondasi awal kita untuk melangkah, namun jangan lupa, bahwa langkah yang kita lalui itulah yang aan menentukan hasilnya. Kita analogikan pacaran dengan mencuri. Pacaran itu niatnya untuk saling kenal dan siap untuk menikah, mencuri itu niatnya agar keluarganya tidak kelaparan. Sungguh semua yang saya sebutkan di atas alah niat-niat yang mulia. Sekarang, apa yang dilakukan oleh orang yang berpacaran, berdua-duaan, berkhalwat, tidak menjaga hijab antar keduanya, saling mengumbar kata-kata yang sesungguhnya itu adalah hak untuk Alloh, dan mendekati zina, sekarang kita lihat orang yang mencuri, mengambil hak orang lain, merugikan orang lain, dan makan dari barang yang haram. Sungguh kedua-duanya adalah hal yang buruk. Hasil akhir, mereka saling mengenal, cinta (atau NAFSU) tumbuh, dan mungkin bisa berlangsung ke pelaminan. Sedang mencuri hasil akhir, keluarganya kenyang, keluarganya bahagia dan hidup pun terpenuhi. Sungguh hasil akhir yang bagus. Sekarang kembali kita berpikir dan jawab pertanyaan ini. SIAPA YANG TIDAK SETUJU BAHWA MENCURI ITU DILARANG?! Jawab lah pertanyaan ini dan tanpa dikomando saya yakin bahwa pasti akan berbondong-bondong tuk menjawab TIDAK ADA! Sekarang kami sodorkan pertanyaan yang mirip. SIAPA YANG TIDAK SETUJU BAHWA PACARAN ITU DILARANG?! Sayup-sayup terdengar kata aku, aku, aku dan sebagian orang ragu tuk menjawab. Ada apa ini kawan, kurang jelaskah ini semua? Kembali pertanyaan itu menghmpiri kepala kita.
                Wahai kawan dan sahabatku. Apakah ada yang salah dengan kita? Beribu macam argument kita lontarkan agar diperbolehkan untuk melakukan hal ini. Mulai dari kampungan, ga’ gaul, ga’ ngikutin jaman dan macam-macam kita lontarkan. Kenapa? Kenapa? Apakah godaan itu terlampau besar untuk kita? Apakah sudah sebegitu kronisnyakah virus ini menjangkiti kita pemuda Islam hingga kita seperti ini. Aneh memang. Kita pemuda Islam yang dalam ajarannya menjaga semua insan termasuk wanita, justru sekarang berbuat hal yang akan mengurangi dari apa yang ada di wanita tersebut. Sekarang kawan dan sahabat, pergilah ke pusat-pusat perbelanjaan. Lihatlah barang-barang yang ada di took perhiasan itu, yang ada tulisan “JANGAN DISENTUH, BARANG YANG BERHARGA!”, kita akan semakin bertanya-tanya dan penasaran akan barang itu. Kita akan memiliki rasa ingin memilikinya dan ketika kita memilikinya sudah dipastikan, betapa senang dan perasaan yang campur aduk iu ada dalam diri kita. Sekarang lihat di sekitar kita. Dimana para wanita diobral besar-besaran, dimana para lelaki bebas untuk memegang dan membawanya pulang. Justru ironis, barang yang seharusnya sangat-sangat berharga, saat ini tidak ada nilainya karna tidak perlu membutuhkan banyak hal “tinggal pilih dan ambil” aja seperti tanpa ada harganya. Pikirkanlah wahai kawan dan sahabatku. Setelah memikirkannya, sekarang jalan itu telah terbuka, dimana kawan dan sahabatku akan memilih diantara dua jalan, berpacaran atau tidak, semua ada nilai positif dan negatifnya, kitalah sebagai manusia yang diberi akal pikiran mampu berpikir mana yang menuju jalan kebaikan buat kita.
                SEKARANG KAWAN DAN SAHABATKU, TENTUKAN PILIHANMU, KARNA JALAN KEBAIKAN ITU TERBUKA LEBAR UNTUKMU. HAMBA ALLOH YANG MAU BERPIKIR! wallohualam bi showab.