Kebaikan itu selalu INDAH

Kebaikan itu selalu INDAH
Teladan, tempatku kini dan apa yang kan kuperbuat nanti.. Walau menurutku apa yang kan terjadi itu semua masih misteri tapi tak kan pernah menyurutkan semangatku untuk berusaha yang sebaik mungkin.. Dan Atas ijinNYA, aku yakin bahwa Alloh memiliki rencana yang jauh lebih INDAH daripada apa yang aku, makhlukNYA rencanakan.. Bismillah, Dengan menyebut nama ALLOH, kulangkahkan kaki ini, agar aku tak kan hanya berdiam diri :)

Jumat, 23 September 2011

Bapak Mengajarkan bukan Mengajarkan


Di suatu rumah itu, sang anak telah melakukan rutinitas sehari-hari nya.
Pagi hari, entah apakah itu seperti anak-anak lainnya.
Aktifitas yang ia lakukan ba'da subuh itu.
Bergelut dengan air dan kain-kain.
Sekedar untuk satu hal.
Berbakti pada orang tua.
Kisah ini ada pada waktu itu. Inilah ceritanya
Sang anak yang sudah beranjak dewasa itu telah mendapat pekerjaan.
Sama hal nya dengan sang anak yang bertambah usia, sang bapak pun juga telah lanjut usia.
Ayah yang selama ini sibuk dengan pekerjaan di rumah itu kini telah lelah, sampai pada kodratnya.
"Anak mana yang bisa dengan tenang mengetahui hal ini ?" Pikirnya dalam hati
Atas inisiatif nya akhirnya ia melihat gerak-gerik sang ayah, bagaimana caranya mencuci baju.
Setelah ia rasa mampu, ia bertekad untuk menggantikan tugas itu.
"Besok aku harus bangun lebih awal, agar pekerjaan ini bisa aku kerjakan lebih dahulu daripada bapakku" Pikirnya dalam hati
Azan berkumandang tanda subuh tlah tiba, sang anak dan bapaknya berangkat ke masjid.
Yang berbeda adalah sang anak telah lebih dulu pulang agar lebih cepat dari sang ayah.
Ia langsung menjalankan tugasnya.
ia mulai dari mengurutkan mulai dari yang terberat hingga yang teringan, ia beri sabun, dan ia kucek hingga bersih.
Melihat inisiatif sang anak, sempat terbesit rasa haru, tetapi ada gengsi yang menggelitik dalam roman ayah ini, lantas ia langsung menghampiri dan mengajarkan bagaimana cara mencuci. Akhirnya lihailah anak itu dalam mencuci, dan itu menjadi kebiasaan dalam hidup nya.
Hari demi hari telah dilalui, karna cerita ini tak hanya sampai disini.
Sang anak semakin buru-buru dalam pulang sehabis sholat karna cuciannya pun juga tak sedikit.
Alhasil karna semakin banyaknya cucian juga dan pekerjaan-pekerjaan rumah yang ingin dia kerjakan ia pun terlambat berangkat bekerja.
Hingga di suatu hari, ia mendapatkan semprotan dari kepala kantor nya "kamu sudah telat masuk 3, nanti yang keempat akan saya beri kamu surat peringatan dan jika masih saja seperti ini maka kamu akan kami keluarkan," kata kepala kantor itu dengan penuh ketegasan.
Lalu pekerjaan-pekerjaan rumah itu pun juga telah menyita waktunya hingga banyak teman-teman kantornya yang mengeluh juga kinerja nya menurun"
Mengetahui hal ini, dia sempat bingung, diantara dua pilihan mana yang harus ia pilih.
Pekerjaan rumah atau pekerjaan di kantor ?
Dia bingung
Dia sempat stress karna dia tak butuh pembelaan jika ia memang salah, tidak butuh orang tuk membenarkan kesalahan yang dia perbuat, kara ia pun juga sangat tahu baha TELAT adalah hal YANG TAK BAIK.
Akhirnya ia berharap dapat dorongan dari sang ayah, mendapat pembelaan dari sang ayah, cukup beliau yang membelaku.
"Yah, aku sudah dipangil oleh kepala ku gara-gara saya sering telat berangkat kerja," katanya pasrah
"Lha kenapa bisa ?" Tanya ayahnya tak lagi datar
"Aku telat gara-gara pekerjaan di rumah" jawabku 
"Tidak, tidak bisa itu anak ku."
"Kamu salah, kamu telah melakukan kesalahan itu."
Dia kaget, kaget karna ia mendengar hal yang berbeda dengan bayangannya.
"Benar, Bapak mengajarkanmu bagaimana cara mencuci, tapi Bapak tidak mengajarkanmu telat bekerja"
"Benar, Bapak mengajarkanmu menyapu tapi  Bapak tidak mengajarkan tuk mengabaikan pekerjaan di kantor"
"Benar, Bapak mengajarkanmu banyak hal di rumah tapi Bapak tidak mengajarkanmu tuk melalaikan pekerjaan mu"
"Dan ini yang paling penting, benar Bapak telah mengajarkanmu Birul Walidain, tapi Bapak tidak mengajarkanmu tuk lupa berdoa, tuk tergesa-gesa dalam sholat, tuk melalaikan Alloh demi aku bapak mu ini."
"Bapak masih kuat, jauh lebih kuat daripada melihatmu tak lagi istiqomah dalam beribadah."
"Bapak masih kuat, jauh lebih kuat daripada melihatmu menjadi orang yang tak bertanggung jawab."
"Bapak masih kuat, jah lebih kuat daripada melihatmu melupakan kami dan tak lagi menganggap kami ada."
"Bapak masih kuat nak."
sang anak hanya mampu menangis dan selanjutnya silahkan dibayangkan sendiri karna penulis pun belum tahu :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar