Kebaikan itu selalu INDAH

Kebaikan itu selalu INDAH
Teladan, tempatku kini dan apa yang kan kuperbuat nanti.. Walau menurutku apa yang kan terjadi itu semua masih misteri tapi tak kan pernah menyurutkan semangatku untuk berusaha yang sebaik mungkin.. Dan Atas ijinNYA, aku yakin bahwa Alloh memiliki rencana yang jauh lebih INDAH daripada apa yang aku, makhlukNYA rencanakan.. Bismillah, Dengan menyebut nama ALLOH, kulangkahkan kaki ini, agar aku tak kan hanya berdiam diri :)

Sabtu, 18 Juni 2011

Arti kata Pengorbanan ataukah korban ? (part one)

"Pokok nya kalo ada apa-apa kasih tau aja Nan, aku pasti bisa untuk membantu mu !" Kata seorang anak kecil dengan membusungkan dada nya kepada teman nya.
"Makasih ya Sa," jawab temannya sembari tangannya diraih oleh tangan temannya untuk membantunya berdiri dari sepeda yang ia naiki.
"Aku pasti membalas kebaikan mu Risa," kata Adnan dalam hati nya.
Kriiiiing ! Kriiiing ! Kriiiing !
Suara alarm dari HP ku membuyarkan mimpi itu.
"Astaghfirulloh, sekarang sudah jam setengah delapan !" Kataku dalam hati sambil berlari dan menuju kamar mandi. di sana aku hanya membasuh muka nya dan mengganti baju.
"Wah, pokok nya hari ini aku tidak boleh terlambat ! Hari ini begitu istimewa untuk sahabat ku Risa," kataku dalam hati. aku lalu segera mengeluarkan motornya dan tancap gas.
"Bismillah," aku berdoa dan terus mengendarai motorku.
Aku kini berdiri di depan pintu gerbang suatu sekolah. Sekolah ini memiliki SMP dan SMA. Bagi mereka yang dari SMP ingin melanjutkan ke SMA maka akan diberi kemudahan dalam masuk nya, tetapi jika tidak ingin masuk pun tidak apa-apa. Di sekolah ini Risa mendapat beasiswa karna keadaan ekonomi yang belum mampu tuk membiayai biaya pendidikan maka dari itu jika ia ingin melanjutkan SMA ya dia harus melanjutkan SMA di sekolah itu. Sekolah yang berisikan anak-anak yang kata orang memiliki masa depan. Sekolah yang banyak diidamkan-idamkan oleh banyak orang. Tetapi tidak dengan Risa.
"Wah, di sini aku ketinggalan banyak sekali pelajaran Nan. Tidak seperti waktu kita satu SD dulu aku bisa nomor satu terus, lha di sini jangankan nomor satu, dapat sepuluh besar aja dah seneng banget aku Nan,"
cerita Risa kepada ku
"Bahkan sepertinya aku bisa jadi tidak lulus SMP ni Nan, maka nya besok datang ya di pasca ujian dan pelepasan acara ku. Ok Nan ?" pinta nya pada ku, sahabat nya itu.
Adnan pun mengiyakan sehingga ia berada di sini, duduk dan mendengarkan hasil ujian.
satu persatu nama pun dipanggil. Anto, Aryo, banyak nama telah disebut, hingga sampailah pada nama Risa disebut.
"Risa Ayri dinyatakan.." kata wali kelas nya Risa, sempat terhenti karna harus menelan ludah nya. Walau hanya berhenti beberapa detik, namun mampu membuat jantung ku juga ikut berhenti.
"Lulus," Lanjut wali kelas nya tersebut. Aku mendengar hal itu pun bernafas lega karna apa yang ditakutkan Risa tidak terjadi.
"Alhamdulillah," kataku dan Risa seempak dalam hati masing-masing.
Prosesi acara itu pun berakhir. Risa bertemu dengan ku dengan perasaan yang sangat senang.
"Alhamdulillah ! Aku lulus !" Kata Risa sambil berlari ke arah ku, sahabat nya itu
"Iya Ris, selamat ya," kata ku dengan gaya toss jarak jauh, maklum kami bukan lah mahram.
Tiba-tiba ada suara dari kerumunan orang-orang yang menghadiri acara tersebut. Setelah dicari siapa yang memanggil, ternyata beliau adalah wali kelas nya Risa. wali kelas itu segera menghampiri kami berdua.
"Risa, sebelum nya maaf, Ibu tau kalau Risa itu anak yang pandai. Tapi Ris, nilai-nilai mu akhir-akhir ini membuat banyak orang cemas termasuk lembaga beasiswa sekolah kita. Mereka cemas jika beasiswa ini tidk tepat sasaran karna nilai-nilai mu yang jatuh," kata bu Guru pelan. Mimik muka dari Risa dan aku pun berubah tegang, terutama Risa, tampak bulir-bulir kaca di mata nya.
"Sekarang ibu tanya, Risa masih ingin melanjutkan sekolah dan mendapat beasiswa kan ?" tanya bu Guru dengan lembut.
"Iya bu, Risa tidak ingin menambah pikiran orang tua Risa lagi. Biarlah uang yang mereka kumpulkan untuk adik-adik Risa, Risa tidak ingin merepotkan kedua orang tu Risa bu," Jawab risa hingga pecahlah semua rasa tadi dan mengalir butir-butir air mata tersebut.
"Iya anak ku, tetapi ini sudahlah konsekuensi dari apa yang sudah terjadi. Jadi keputusan kami adalah.." lanjut bu Guru sambil ikut terharu juga melihat keadaan Risa ini. Aku pun ikut pucat dan bingung.
"Bagaimana ini, apa yang akan terjadi pada sahabatku ?"
~Bersambung~

2 komentar: