Beberapa hari setelah itu, saat aku, ikhsan dan ahmad tengah mengikuti kegiatan pemerintah yaitu sego segawe, tepat sore hari sebelum acara itu, saya di SMS oleh mas Jundi yang berisi kurang lebih bahwa Tonti masih membuka kesempatan buatku tuk dapat bergabung lagi. Wah, akhirnya akupun meminta waktu kepada mas Jundi besok pagi. Lha pada waktu itu, saya tengah mengendarai sepeda saya dan terdengarlah lagu raja yang pelangi, tanda tanda sms masuk di hp saya. Sayapun membaca. Dari mas Jundi. Dek bagaimana apakah kamu jadi ikut Tonti ? Kurang lebih itulah yang tertulis di hpku. Hmm... jari jemarikupun menulis jawabannya yang kemaren malem telah aku pikirkan dan aku diskusikan kepada orang tuaku.
Keesokan harinya, pagi hari saat ingin masuk matrikulasi (wah jam k 0 masih ngantuk banget sich), di sudut mading iseng-iseng aku mebaca tempelan yang ad di situ. DCT Tonti Teladan 2012 dan aku lihat dari kelasku, dan terkejutlah aku karna ternyata ada namaku. ”Ha ?? kemaren itu aku menjawab akan saya coba dlu mz dan ternyata sudah jadi calon tetap nich!” Hmm.. perasaanku campur aduk antara bingung, seneng ma laen-laen dech salah satunya adalah takut karna aku bisa menjadi bagian dari ini tanpa mengikuti tes tertulis maupun tes wawancara. Tapi ketakutan itu sebagian mulai berkurang dengan pemberian semangat dari temen-temenku dan ada adhi juga yang sama nasibnya sepertiku (Thanx ya.. J).
Akhirnya latihan-latihanpun aku jalani. Wah beratnya. Itulah yang aku rasaan saat awal-awal. Tak terasa, detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari dam minggu demi minggu kami lalui (hahaha.. maaph agak lebay dan kayaknya mau bantu buat menuh-menuhin halaman dech.. he3.. ). Tak terasa ternyata keakraban di antara kami sudah menguat meski belum terlalu erat. Hingga ternyata Pak Singgih memiliki ujian buah dari ide-ide beliau yang cemerlang (ckckckc.. kagum aku sama pak Singgih). Ujian pertama yang kami lalui adalah kami diuji apakah kami ini seperti robot yang selalu patuh saja tanpa memiliki pemikiran dan pendapat sendiri. Yaitu pada waktu LBB SMA N 5. ya di situ kami diberi mandat oleh Pak Singgih agar seluruh anggota kami masuk semua menjadi satu pleton dan sesaat sebelum lomba ternyata hanya 30 orang saja yang bsa masuk 1 pleton sehingga menyisakan cadangan. Dan kamipun gagal dalam ujian ini karna tidak mau mematuhi perintah pak Singgih tapi ini semua karna kami yakin 100 % atau bahkan 1000 % (weleh2.. ) bahwa apapun yang diminta oleh kakak-kakak kami itupun karna ingin yang terbaik buat kami.
Dan alhamdulillah kami saat itu pleton yang putra mendapatkan peringkat 3. tapi ternyata itulah ujian kami selanjutnya. Dimna ternyata rasa ”lebih” menggerogoti kami. Rasa ”lebih” dari yang laen, rasa ”lebih” dari teman-teman kami. Ya itulah yang menjadi ujian kami selanjutnya. Memang lidah tak bertulang sehingga mudah sekali dia kan bergerak. Mungkin itulah kata-kata yang cocok sangat ternyata salah satu atau bahkan beberapa dari temanku ada yang berkata-kata dan itu membuat kami pecah menjadi 2 kubu, yaitu putra dan putri. Akhirnya di situlah puncaknya hingga kami harus membuat prasetya dan di situlah kami benar-benar diuji. Tapi seperti kata pepatah lama, tak ada sesuatu yang tak bisa diambil hikmah dan sisi baiknya, bahkan daun yang rontokpun dapat diambil hikmah mengenai ktegaran sang pohon yang tetep berdiri tegap walau salah satu anggota tubuhnya ada yang hilang. Ok kembali ke jalan yang lurus (hehehe.. kayak bu Cut), nah akhirnya kami pun mendapatkan pelajaran dan hikmah dech dan hubungan kami makin akrab. To be Continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar