Bulan dan bintang telah menandakan datang nya malam dan lampu-lampu rumah yang telah padam satu-persatu itu menandakan bahwa malam telah sampai pada saat manusia sebagian besar memilih tuk memenuhi panggilan peraduannya yang memang lebih menyenangkan bagi kebanyakan manusia itu. Tetapi seruan peraduan yang menarik banyak orang itu tidak lah berlaku pada Alfian. Malam itu ia bersujud menghambakan dirinya pada Alloh dalam sholat nya. Ia saat ini benar-benar merasa malu di hadapan Tuhannya karna kebodohan yang telah ia lakukan sampai saat ini. Di sebuah musholla kecil itu ia bersujud sendiri dalam dekapan Illahi yang membawa bulir-bulir air mata itu tak kuasa tertahan untuk tidak tertumpahkan sebagai ihwal awal bahwa ia benar-benar merasa lemah dan tak berdaya di hadapan Alloh Yang Maha Kuasa itu.
Di tengah ia berdzikir, tampak sosok seorang pemuda yang datang dan kemudian melaksanakan sholat. Pemuda itu tampak bercahaya dan pakaian nya yang berwarna serba putih yang tersinari oleh cahaya bulan yang saat itu memang sedang penuh menambah ketertarikan Alfian untuk mencari tahu tentang siapa pria itu. Namun entah kenapa ia tidak mampu melihat rupa dari pemuda itu. Akhirnya, karena tak ingin menyianyiakan waktu Alfian lebih memilih tuk kembali khusyuk dalam ibadah malam nya tersebut.
"Ya Alloh, hamba takut, apabila dosa hamba yang sekian banyak ini tidak lah dapat engkau hapuskan. Hamba yang benar-benar telah mabuk akan dunia, hamba yang jarang membanggakan orang tua, hamba yang ahli maksiat ini ya Alloh. Terlampau banyak dosa ini ya Alloh. Hamba pun bingung dengan nanti reaksi dari teman-teman hamba, yang mampu menggoyahkan keyakinan hamba ini ya Alloh !" Doa Alfian dalam isak tangis nya. Dengan masih terbata-bata ia melanjutkan doanya "Yaa Muqollibal Quluub, Tsabbit qalbiy 'alaa diinika, Wahai Dzat Yang Mampu Membolak-balikkan Hatiku ini, tetapkanlah hati ku ini terhadap agama mu Ya Alloh," doa Alfian yang membuat semakin deras lah air mata nya yang kini tumpah di pipi nya itu.
"Ya Alloh, hamba takut, apabila dosa hamba yang sekian banyak ini tidak lah dapat engkau hapuskan. Hamba yang benar-benar telah mabuk akan dunia, hamba yang jarang membanggakan orang tua, hamba yang ahli maksiat ini ya Alloh. Terlampau banyak dosa ini ya Alloh. Hamba pun bingung dengan nanti reaksi dari teman-teman hamba, yang mampu menggoyahkan keyakinan hamba ini ya Alloh !" Doa Alfian dalam isak tangis nya. Dengan masih terbata-bata ia melanjutkan doanya "Yaa Muqollibal Quluub, Tsabbit qalbiy 'alaa diinika, Wahai Dzat Yang Mampu Membolak-balikkan Hatiku ini, tetapkanlah hati ku ini terhadap agama mu Ya Alloh," doa Alfian yang membuat semakin deras lah air mata nya yang kini tumpah di pipi nya itu.
Setiap detik berlalu berganti menit, menit telah bersatu menjadi jam hingga akhirnya tak terasa waktu sudah menunjukkan waktu subuh. Dan di dalam musholla itu masih hanya mereka berdua yang ada. Pemuda itu tiba-tiba menyerukan azan subuh yang begitu indah, yang membuat tubuh ini terasa malu jika sampai tak memenuhi seruan Alloh itu untuk sholat. Pasca pemuda itu selesai azan ia mendatangi Alfian yang hendak berdiri untuk sholat rawatib.
"Assalamualaykum" salam pemuda itu kepada Alfian.
"Wa alaykum salam" jawab Alfian, kemudian pemuda itu diam sebentar dan berkata,
"Sahabatku, betapa senang hatiku melihat dirimu telah memilih tuk menjadi insan yang lebih baik seperti saat ini. Sahabatku, jangan pernah takut tuk menjadi insan yang menghambakan dirinya pada Alloh. Inilah sosok Alfian yang sebenarnya, ini bukanlah sesuatu yang nantinya orang kan berkata bahwa ini bukan sosok mu Alfian, atau bahkan kau akan dibilang munafik atas perubahan mu ini Alfian. Tetapi berkata lah, berkatalah dengan penuh keyakinan Alfian ! Bahwa inilah aku ! Alfian yang telah kembali pada fitrahnya sebagai hamba Alloh yang menegakkan kebaikan dan mencegah pada hal yang bathil ! Kamu pasti bisa kawan ! Kamu pasti bisa ! Bukankah Alloh telah berfirman Katakanlah bahwa inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan Hujjah yang nyata, Maha Suci Alloh, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik !" Kata pemuda itu dengan penuh kesabaran yang mampu menentramkan hati seraya meninggalkan masjid. Alfian yang dari tadi mendengarkan kemudian berlari mengejar pemuda itu, "Berhenti siapa kamu sebenarnya ?" Tanya Alfian. Pemuda itu memalingkan wajah nya dan ternyata kali ini Alfian dapat melihat wajah pemuda itu. Alfian terkejut dengan apa yang ia lihat. "Alfian, aku adalah akhlak mu, aku datang berwujud sebagai akhlak dan hati mu Alfian. Pertama aku datang padamu dalam keadaan tak ada atau mati karna hati mu saat itu tengah mati, kemudian aku datang pada mu dalam keadaan sebagai kakek tua yang buruk rupa karna akhlak dan hati mu telah mulai hidup namun masih bobrok dan sekarat hingga hampir membunuh dirimu sendiri. Kemudian aku muncul masih dalam keadaan kakek tapi sudah terlihat bersih karna di situ engkau sudah mulai bertekad dan berbenah Alfian. Dan sekarang saksikanlah hatimu dan akhlak mu ini, karna engkau telah hijrah, dari dunia yang memabukkan menuju dunia yang mampu menentramkan tiap kalbu manusia, saksikanlah wahai Alfian sahabatku bahwa Rosullulloh pernah bersabda bahwa nantinya kita kan dipertemukan di alam kubur, sebagai sahabat mu yang menemanimu hingga hari kiamat tiba. Alfian aku hanya serpihan cermin diri mu sobat. Alfian sahabatku sampai bertemu lagi di hari saat mulut dikunci itu dan aku lah yang akan membela mu dan menjadi juru bicara mu. Semoga saat itu tiba, kebaikan lah yang kan aku ucapkan Alfian, tangan yang kau gunakan tuk memberi, mulut yang kau gunakan tuk berkata jujur dan dzikir, mata yang kau gunakan tuk melihat kebaikan, hati dan pikiran yang terus kau isi dengan nama NYA," kata sosok pemuda itu yang ternyata memiliki rupa persis dengan Alfian. Tiba-tiba menghilang. Alfian tersadar dan entah bagaimana sekarang dia telah tersadar dalam keadaan memegang microphone. "Subhanalloh" ucap nya penuh haru saat itu.
BERSAMBUNG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar